Kamis, 29 November 2012

EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA


Pendahuluan
        Evaluasi pembelajaran dapat diartikan, sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari hasil pengajaran atau dari sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Dalam kegiatan evaluasi setidaknya ada dua kegiatan yaitu mengukur dan menilai. Evaluasi yang pertama merupakan kegiatan yang bersifat kuantitatif sedangjkan yang kedua merupakan kegiatan yang bersifat kualitatif. Evaluasi kedua kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan yang berbeda. Untuk merealisasikan kegiatan evaluasi di perlukan alat tertentu,di antaranya adalah tes selanjutnya penulis mencoba untuk membahas masalah teks dan aspek-aspek uang terkait.
   Menurut Oemar Hamalik (2008:210), evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam rancang suatu sistem pengajaran. Rumusan ini memiliki tiga implikasi: pertama, evaluasi ialah suatu proses yang terus-menerus, bukan hanya pada akhir pengajaran tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya pengajaran. Kedua, proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran. Ketiga, evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Evaluasi juga merupakan kegiatan mengukur dan menilai (Arikunto, 1993). Mengukur ialah kegiatan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, sedangkan menilai ialah mengambil sebuah keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik/buruk.


1. Uraian Tes
    Menurut Arikunto (1984) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektf untuk memperoleh data-data atau keterangan yang di inginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
    Sedangkan menurut Nurkancana(1986) tes adalah suatu cara ubtuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tughas atau serangkaian tugas yang harus di kerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau preswtasi anak tersebut, yang dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak- anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan .
        Jadi pengertian tes menurut definisi tersebut apabila dikaitkan dengan pelaksanaan proses pembelajaran dikelas maka tes adalah suatu alat yang di gunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar.Dalam hal ini penggajar akan melaksanakan dua kegiatan yaitu:
1.      Mengukur peserta didik
2.      Mengukur keberhasilan program pengajaran

2. Tujuan
        Menurut Harris ( 1968 ) tujuan tes secara umum adalah sebagai berikut:
  • Untuk menunjukan kesiapan program pembelajaran.
  • Untuk mengklasifikasi atau menempatkan peserta didik pada kelas bahasa.
  • Untuk mendiaknosis kekurangan dan kelebihan yang ada pada peserta didik.
  • Untuk mengukur prestasi peserta didik.
  • Untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran.

 3.    Kategori tes
Kategori tes secara garis besar dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Proficienci, Placement, Diagnosis, Achievement (Brown, 1995).

Proficienci
Tes proficienci digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa tanpa memperhatikan pengetahuan yang telah diperolehdari suatu pelatihan atau apapun. Sedangkan menurut (Hadrey, 2001) tes proficienci digunakan untuk mengukur kompetensi umum bahasa kedua yang dimiliki oleh seseorang tanpa mengikuti kurikulum khusus atau belajar secara formal. Apabila kita menyimak definisi tersebut maka materi tes proficienci tidak mengacu pada tujuan kurikulum atau khusus bahasa tertentu, tetapi merujuk pada spesifikasi yang ditenyukan oleh lembaga tertentu sehingga testee dianggap profisien untuk mengikuti suatu program.

Placement
Tes placement digunakan untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang peserta didik harus ditempatkan. Sekelompok peserta didik yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

Diagnosis
Dengan cara ini pengajar akan mengetahui kelebihan dan kekurangan peserta didiknya. Selanjutnya pengajar akan mengetahui pula penyebab kelemahan peserta didiknya sehingga pengajar akan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan peserta didik tersebut.

Achaievement
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh suatu program berhasil diserap oleh peserta didik.

4.    Analisis hasil tes
    Setelah mengerjakan tes tertentu peserta didik akan memperoleh skor mentah. Skor ini belum menggambarkan posisi peserta didik baik itu secara individu maupun secara kelompok. Untuk memperoleh gambaran yang tepat dimana posisi peserta didik, maka skor mentah tersebut harus di ubah menjadi skor standar yang merujuk kepada norma tertentu. Menurut Brown (1995) ada dua cara mengumbah skor mentah menjadi skor standa, yaitu:
a.       Criterion-referenced test (CRT)
Didalam penggunaan criterion-referenced test atau penilaian acuan patokan (PAP) (Nurkancana, 1986), tes peserta didik dibandingkan dengan sebuah standar tertentu yang ditetapkan oleh pengajar atau pembuat tes berdasarkan jumlah soal, bobot soal dan presentase penguasaan yang disyaratkan. Dengan demikian skor standar yang diperoleh peserta didik akan mencermikan terhadap materi yang diberikan.
b.      Norm-referenced test (NRT)
Didalam penggunaan norm-referenced test atau penilaian acuan norma (PAN) (Nurkancana,1986), tes peserta didik dibandingkan dengan nilaiatau hasil tes peserta didik lain yang dijadikan seabagai patokan. Patokan atau norma disusun secara relatif berdasarkan distribusi skor yang dicapai oleh peserta didik yang ikut tes. Jadi skor standar yang diperoleh peserta didik mencerminkan status peserta didik tersebut didalam kelompok.


1.    Perbedaan antara CRT/PAN atau Norma Absolut dengan NRT/PAP/Norma Relatif
Berdasarkan paparan diatas maka perbedaan antara CRT/PAN/Norma Absolut dengan NRT/PAP/Norma relatif terletak pada perbandingan skor mentah yang diperoleh peserta didik. CRT/PAN membandingkan skor mentah dengan norma atau kriteria tertentu yang ditetapkan oleh pengajar atau pemberi tes, sedangkan NRT/PAP/Norma relatif membandingkan skor mentah dengan skor standart yang dijadikan sebagai patokan atau acuan.

2.    Uji Validitas, Reliabilitas
Setiap penyusunan instrumen dalam penelitian selalu memperhatikan beberapa pertimbangan seperti: apa yang hendak diukurnya, apakah data yang terkumpul relevan dengan sifat atau karakteristik yang dikehendaki, dan sejauh mana perbandingan skor yang diperoleh menggambarkan karakter yang akan diukur. Dengan demikian, Uji Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen yang digunakan.
Soewarno (1987) memberikan 2 karakter validitas yang baik yaitu:
1.      instrumen yang pengukurannya harus benar-benar mengukur konsep teori yang dianut dan bukan konsep lainnya, dan
2.      konsepnya diukur dengan tepat.
Sebuah instrumen diketahui tingkat validitas internalnmya apabila butir-butir dan faktor-faktor yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Uji validitas eksternal dilakukan setelah melalui uji coba kepada responden yang diambil sebagai subjek uji coba.























Untuk menentukan koefisien korelasi sebagai suatu alat ukur yang valid, Balian (1988) memberikan pedoman sebagai berikut:








Hasil perhitungan  t  untuk mengukur validitas instrumen biasanya dilihat pada bagian lampiran. Dalam daftar lampiran tersebut pada umumnya diajukan rumus seperti berikut:

∑X1  = 752,00
∑X2  = 732,20  
∑X12 = 31776, 72
∑X22 = 30000, 84
Rata-rata X1 = 41,78
Rata-rata X2 = 40,68

Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Arikunto (1986), instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel, akan menghasilkan data yang dipercaya pula. Apabilah datanya memang sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Reabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan.
Sedangkan Nasution (1996) mengatakan bahwa alat ukur itu reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu gejalapada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi alat yang reliabel secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama.
Reabilitas instrumen dapat diuji dengan dua cara, yaitu uji reliabilitas eksternal. Dengan pengertian bahwa jika ukuran atau kriterianya berada diluar instrumen, maka dari hasil pengujian ini di peroleh reliabilitas eksternal, sedangkan reliabilitas internal diperoleh berdasarkan data dari instrumen saja.

7. Analisis Butir Soal Esai
Untuk tes yang berbentuk esai, penghitungan indeks tingkat kesulitan dan indeks daya berbeda dipergunakan rumus sebagai berikut  :
Indeks Tingkat Kesulitan =                             

Tingkat Daya Beda =

Keterangan :
Sn                          : jumlah skor benar dari kelompok tinggi
S1                          : jumlah skor benar dari kelompok rendah
Skor maks           :  Skor maksimal suatu butir soal
Skor min              : Skor minimal suatu butir soal
N                     : jumlah subjek kelompok tinggi atau rendah (27,5%)
           
Berikut ini adalah kategori derajat kesulitan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (1995) :

Derajat Kesulitan
Kategori
0,00 – 0,14
0,15 – 0,85
0, 86 – 1,00
Sukar
Sedang
mudah

Sedangkan untuk kategori daya beda soal, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Daya Pembeda
Kategori
0,40 – 1,00
0,30 – 0,39
0,20 – 0,29
0,00 – 0,19
Baik Sekali
Baik
Sedang
Buruk


8. Teknik Evaluasi

a. Teknik-Teknik untuk Menilai Pengetahuan


Evaluasi akhir pengajaran terhadap ketercapaian tujuan-tujuan aspek pengetahuan (knowledge) perlu dilakukan secara terpisah. Untuk menguji pengetahuan dapat digunakan pengujian sebagai berikut.
1) Teknik penilaian aspek pengenalan (recognition)
Caranya, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan bentuk pilihan berganda, yang menuntut siswa agar dapat melakukan identifikasi tentang fakta, defenisi, dan contoh-contoh yang betul (correct)
2) Teknik penilaian aspek mengingat kembali (recall)
Caranya, dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka-tertutup langsung untuk mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik.
3) Teknik penilaian aspek pemahaman (comprehension)
Caranya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut identifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang betul dan yang keliru, konklusi, atau klasifikasi, dengan daftar pertanyaan matcing (menjodohkan) yang berkenaan dengan konsep, contoh, aturan, penerapan, langkah-langkah dan urutan dengan pertanyaan bentuk essay (open ended) yang menghendaki uraian, perumusan kemnbali dengan kata-kata sendiri dan contoh-contoh.



b. Teknik Evaluasi Akhir Pengajaran

Teknik-teknik evaluasi dilaksanakan pada akhir pengajaran yang mencakup evaluasi terhadap perilaku keterampilan (skilled performance) dan evaluasi terhadap aspek pengetahuan (knowledge). Perilaku keterampilan meliputi keterampilan kognitif, afektif, psikomotorik, reaktif, serta interaktif. Pengetahuan meliputi aspek-aspek pengenalan (recognition), ingatan (recall), dan pemahaman (comprehension).


9. Strategi Kontrol Pengajaran
Ada 3 pertanyaan yang perlu dijawab sebagai dasar pertimbangan dalam mendesain strategi control dalam kerangka system pengajaran, yaitu :
a) Bagaimana kita menentukan hasil-hasil pengajaran yang telah kita laksanakan? Pertanyaan ini berkenaan dengan masalah pengukuran hasil (output measures).
b) Faktor-faktor apa yang harus dikontrol jika pengajaran harus dihentikan? Pertanyaan itu berkenaan dengan control hasil pengajaran (output control).
c) Siapa yang membuat keputusan dan dasarnya apa, bahwa pengajaran hrus dimulai, diselenggarakan, dan dihentikan?

a. Pengukuran Hasil Belajar
Ada 2 pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran hasil belajar siswa, yaitu :
1) Pendekatan acuan norma (norm referenced approach ) yaitu pendekatan yang bertitik tolakdari hasil-hasil belajar yang diharapkan secara normal, yang berdasarkan pada asumsi bahwa kurva distribusi normal yang menyajikan banyak karakteristik manusia juga banyak diterapkan dalam distribusi belajar suatu system instruksional.
2) Pendekatan acuan kriteria ( criterion referenced approach )yaitu pendekatan yang berdasarkan kriteria yang diinginkan agar dicapai oleh siswa dalam proses belajar. Ukuran-ukuran itu bukan berdasarkan pada ukuran kelompok, melainkan berdasarkan pada apa yang dicapai oleh siswa itu sendiri.


b. Pengontrolan hasil pengajaran
Control hasil adalah faktor-faktor yang mengontrol kapan dan bagaimana siswa dapat melaksanakan sistem. Faktor-faktor terdiri atas sebagai berikut :
1) Waktu dalam sistem : waktu turut menentukan hasil belajar siswa, halini sejalan dengan penggunaan pendekatan acuan norma. Jika penyediaan waktu lebih fleksibel maka hasilnya akan lebih merata dan memungkinkan siswa mendapat hasil belajar yang lebih baik.
2) Kebutuhan- kebutuhan individu siswa : kebutuhan individu siswa kadang- kadang digunakan sebagai kriteria untuk mengontrol hasil belajar. Itu berarti, jika hasil belajar menunjukkan kesesuaian dengan tujuan-tujuan yang berdeferensi tersebut, maka dapat ditafsirkan bahwa kebutuhan individu telah mendapat pertimbangan.
3) Penguasaan isi atau tujuan : penguasaan tujuan merupakan faktor logis dalam memilih kontrol hasil. Ketercapaian tujuan pengajaran merupakan kriteria dalam mengontrol produk belajar yang telah diperoleh.

c. Sistem kontrol
Ada 3 bentuk kontrol yang dapat dipadukan pelaksanaannya
1 ) Prescriptive control : control dilakukan terhadap semua option didalam rencana pengajaran secara keseluruhan, termasuk juga control terhadap langkah-langkah algoritmik dan kemungkinannya yang bakal terjadi dalam keseluruhan pengajaran.
2 ) Democratic control : bentuk ini berdasarkan pada konsep keikutsertaan pembuatan keputusan. Orang yang paling besar partisipasinya adalah siswa itu sendiri. Mereka membuat keputusan biasanya dipengaruhi oleh nasehat guru dan mungkin juga para pembimbing.
3 ) adaptive control : bentuk ini berdasarkan asumsi bahwa tidak semua hal direncanakan dan juga tidak semua hal dibebankan pada siswa. Keputusan dibuat secara sistematik, tetapi berpijak pada bagaimana performance siswa.


10. Macam-Macam Alat Evaluasi
Secara umum alat evaluasi yang digunakan un tuk mengukur kemampuan siswa dibagi menjadi dua yaitu, tes dan non tes. Tes adalah alat atau teknik daloamj melakukan evaluasi yang berupa soal-soal yang dikerjakan peserta tes. Non tes adalah sebuah alat evaluasi yang berupa perintah dilakukan oleh peserta tes. Selanjutnya dijabartkan di bawah ini.


A. Tes
Secara umum, tes dibagi menjadi tiga :
1. Tes non verba
2. Tes lisan
3. Tes tertulis
Dilihat dari jumlah orang:
1. Perorangan
2. Tes kelompok
Dilihat dari segi pembuatannya:
1. Tes buatan : Tes yang dibuat oleh guru.
2. Tes standar : Tes yang telah distandarisasikan.
Dilihat dari bentuk :
1. Tes Uraian
Ada dua macam tes uraian:
1. Uraian terbatas: uraian yang menghendaki jawaban singkat.
Contoh: sebutkan unsure-unsur intrinsik novel
2. Uraian bebas: uraian yang menghendaki jawaban bebas.
Contoh: menurut anda bagaimana perkembangan novel di Indonesia?


Kelebihan tes uraian.
1. Pembuatannya mudah
2. Dapat menilai kemampuan berpikir dan penyampaian gagasan siswa.
3. Kemungkinan menerka-nerka kecil
Kelemahan tes uraian:
1. Membutuhkan waktu lama untuk mengoreksinya.
2. Subyektifitasnya tinggi.
3. Pengoreksi hanya orang yang menguasai materi itu.


2. Tes obyektif
Tes onjektif mempunyai banyak macam yaitu:
1. B-S
Yaitu berupa pernyataan dan sisa di minta untuk memilih apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
Contoh: Ronggeng Dukuh Paruk merupakan salah satu cerpen karya Ahmad Tohari.
Jawaban: S
2. Pilihan ganda
yaitu tes yang menghaduirkan beberapa pilihan dalam satu soal dan siswa diminta memilih satu jawaban yang paling benar. Tes ini mempunyai empat macam yaitu:
a. Distracturs, yaitu soal yang menghadirkan beberapa pilihan dan hanya ada satu jawaban benar, dan yang lain sebagai pengecoh.
Contoh:
Bunga dapat digolongkan sebagai kata….
a. sifat
b. benda
c. bilangan
d. kerja
Jawaban: B
b. Variasi negatif, yaitu soal yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban benar dan satu jawaban salah dan siswa diminta memilih jawaban yang salah tersebut.
Contoh:
Di bawah ini terdapat kalimat baku, kecuali….
a. aku sedang membeli obat di apotik
b. Dia tidak paham dengan apa yang aku katakan
c. Dokter Andi praktek di dekat rumahku
d. Nasehatku tidsak pernah dia dengar
Jawaban: A
c. Variasi berganda, yaitu soal yang semua jawabannya benar tetapi hanya satu yang sempurna.
Contoh:
Di bawah ini unsur intrinsik novel adalah….
a. alur, plot, latar
b. plot, perwatakan, alur
c. alur, latar, perwatakan
d. setting, latar, alur
Jawaban: C
d. Analisis hubungan antarhal, yaitu soal yang terdiri dari dua gagasan dalam satu pernyataan.
Contoh:
Pilihlah:
a, jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya berhubungan
b, jika pernyataan benar, alasan salah, dan keduanya berhubungan
c, jika pernyataan benar, dan alasan salah
d, jika pernyataan salah dan alasan benar
e, jika pernyataan salah dan alasan salah
Soal: SIM disebut akronim karena merupakan singkatan yang berupa gabungan huruf, yang diperlakukan sebagai kata.
Jawaban: A
3. Isian singkat, yaitu soal yang berupa pernyataan yang tidak lengkap sehingga siswa harus melengkapinya.
Contoh:
Ide pokok yang terdapat pada akhir paragraph disebut paragraf….
Jawaban: induktif

4. Menjodohkan, yaitu soal yang berupa satu lajur soal dan satu lajur jawaban, dan siswa diminta untuk menjodohkan kedua lajur tersebut.
Contoh:
1. Pantun a. singkatan
2. ASI b. Unsur intrinsik
3. Skimming c. Puisi lama
4. –kah d. Karangan persuasi
5. Latar e. Partikel
6. Iklan f. Imbuhan
g. membaca sekilas
h. akronim
Jawaban:
1 – c
2 – h
3 – g
4 – e
5 – b
6 – d

5. Tes Rumpang
Yaitu tes yang berupa paragraf dan setiap kalimat terdapat kata yang dihilangkan, dan siswa diminta untuk mengisi kata-kata yang hilang tersebut.
Contoh:
Pertanian itu sangat penting dalam kehidupan. Kita dapat bertahan hidup (1) … petani yang menghasilkan (2)… makanan. Penelitian dalam bidang pertanian (3) … digalakkan. Namun, anehnya banyak orang (4) … meninggalkan bidang pertanian ini. Tenaga (5)… dalam bidang pertanian mulai (6)…. Oleh karena itu, bidang (7) … harus mendapatkan penanganan yang (8) ….
Jawaban:
1. berkat
2. bahan
3. juga
4. mulai
5. kerja
6. berkurang
7. pertanian
8. sungguh-sungguh.
Kelebihan tes objektif:
1. Mudah dalam pengoreksian
2. Pemberian skor mudah
3. Jawaban mutlak
4. Dapat dikoreksi oleh orang lain
5. Unsur subyektifitasnya kecil
Kelemahan tes objektif:
1. membuthkan waktu lama dalam pembuatannya
2. kemungkinan menerka-nerka sangat besar

B. Nontes
Dalam alat evaluasi nontes, juga terdapat beberapa macam kegiatan, misalnya:

1. Observasi: siswa diminta untuk melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap
suatu fakta yang diselidiki.
Observasi di bagi menjadi tiga:
a) langsung
b) tidak langfsung
c) partisipasi
2. Wawancara: siswa diminta untuk melakukan tanya jawab kepada narasumber yang mengetahui tentang gejala yang sedang diselidiki
3. Angket: siswa diminta untuk menuliskan tentang sikap dan pendapatnya berkaitan dengan pernyataan yang diajukan.
4. Skala sikap: digunakan untuk mengevaluasi sikap siswa.
5. Check list: yaitu dadftar yang berisi subyek dan aspek yang diamati. Jika aspek itu ada, beri tanda check (V)
6. Portofolio: memeriksa kumpulan hasil kerja siswa dalam suatu kurun waktu tertentu.


Kesimpulan
Secara umum dapat dikemukakan bahwa testing bahasa atau language testing secara garis Hal lain yang penting dilakukan adalah pengujian validitas test dan realibitas test. Rangkaian pengujian alat evaluasi ini bermakna diterima atau tidaknya sebuah instrumen pengujian. Banyak diantara pengajar bahasa yang menganggap bahwa tes bahasa tidak memerlukan tahapan pengujian yang sering dipandang rumit. Hal tersebut amat di sayangkan apabilah dikaitkan dengan manfaat dari sistem pengujian itu.
Paparan umum dari validitas di atas tentu saja berlaku untuk tes bahasa, termasuk di dalamnya tes bahasa indonesia. Dalam pengujian instrumen evaluasi pengajaran bahasa indonesia, setidaknya uji empirik di atas bisa dilakukan secara sederhana, namun tetap memenuhi kriteria alat evaluasi yang dapat dipertanggung jawabkan. . Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain untuk mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan tujuan pembelajaran, karakteristik evaluasi, macam-macam alat evaluasi, teknik-teknik evaluasi, dan strategis kontrol pembelajaran.





Dasar- dasar Linguistik


Analisis Aliran Tradisional
Jenis kata dalam aliran tradisional merupakan materi utama pembelajaran bahasa disamping uraian kalimat atas subjek-predikat.kemudian pembagian jenis kata mencapai delapan, yakni: nomina, pronominal, artikel, verba, adverbial, preposisi, partisipium, dan konjungsi. Ada juga yang membagi menjadi tujuh, yaitu: nomina, pronomina, verba, adverbia, preposisi, partisipium, dan konjungsi.

Model analisis aliran tradisional ada dua, yaitu model zandvoort dan model Fokker.

Contoh model zandvoort:
Adik saya akan membeli sepatu olah raga di malioboro besok siang.
     S                                         P
Kalimat di atas hanya terdapat S (subjek) dan P (predikat).
Adik saya sebagai S (subjek)
Akan membeli sepatu olah raga di malioboro besok siang sebagai P (predikat)

Contoh model Fokker:
Adik saya akan membeli sepatu olah raga di malioboro besok siang.
      S                 P                       O           K. (tmpt)       K. (wktu)
Kalimat di atas terdapat S, P, O, K( tmpt), K (wkt)
Adik saya sebagai S (subjek)
akan membeli sebagai P (predikat)
sepatu olah raga sebagai O (objek)
 di malioboro sebagai K (keterangan tempat)
besok siang sebagai K (keterangan waktu)

Analisis Aliran Struktural
Analisis struktur bahasa berdasarkan unsure langsung. Ada empat model unsur langsung tersebut, yakni model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model Wells.

Analisis Aliran Transformasi
Analisis diwujudkan dalam bentuk diagram pohon dan rumus. Analisis dalam teori Transformasi dimulai dari struktur kalimat, dari kalimat turun ke frase menjadi frase benda (NP) dan frase kerja (VP), dan dari frase turun ke kata. Jika diinginkan lebih jauh lagi dari kata turun kr morfem-morfem.
Contoh:
Kalimat “Hanter menangkap penyelundup itu” dapat di analisis sebagai berikut:
                                
                Diagram pohon

















Analisis Aliran Tagmemik   
Rumus yang dipergunakan dibuat serapi, selengkap, dan setuntas mungkin. Berikut dikemukakan contoh analisis klausa transitif “Persiba telah memasukkan lima gol”.
Rumus Klausa:
Rumus itu dibaca:
Klausa transitif terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku (Plk) yang diisi oleh kata benda, tagmen predikat wajib dengan peran statemen (Sta) yang disis ileh frase kerja, dan tagmen objek bersifat wajib dengan peran penderita (Pdr) yang siisi oleh frase benda.
Adapun rumus lanjutan/rumus bawahannya adalah sebagai berikut:

Sumber Buku: Soeparno. Aliran Linguistik. Universitas Ahmad Dahlan.